Ancaman Tsunami 20 meter di Selatan Jawa, Ini Fakta Ilmiahnya

Sebagai sebuah negara yang berada di posisi “ring of fire” kesiapsiagaan kita menghadapi bencana gempa bumi, tsunami, dan gunung api menjadi sebuah keharusan.

Bencana alam tsunami, sudah sangat sering melanda negara kita seperti tsunami Aceh 2004, tsunami Nias 2005, tsunami Pangandaran 2006, tsunami Bengkulu 2007, tsunami Mentawai 2010, tsunami Palu 2018, dan terakhir tsunami selat Sunda 2018.

sumber tsunami indonesia
Gambar 1. Enam Zona potensi sumber tsunami di Indonesia (Puspito, 2008)

Semua tsunami tersebut telah menyadarkan kita bahwa tsunami bisa datang kapan saja.

Tsunami bisa disebabkan oleh aktifitas gempa bumi, gunung api, dan tanah longsor.

Tsunami akibat gempa bumi masih memberikan kita waktu beberapa menit untuk evakuasi, namun tsunami yang disebabkan oleh longsor seperti tsunami Palu, sungguh sangat mematikan.

Baca: Mengungkap Misteri Penyebab Tsunami Palu

Belum lagi tsunami akibat gunung api seperti tsunami selat Sunda, lebih mematikan lagi karena datang tanpa peringatan.

Baca: Longsor Anak Krakatau Yang Memicu Tsunami, Pernah Diprediksi?

Pada tanggal 17 September 2020, sebuah penelitian dari para peneliti Indonesia dipublikasikan di jurnal Nature yang merupakan jurnal terbaik di dunia.

Hasil penelitian mereka mengatakan bahwa ada potensi tsunami setinggi 20 meter di pantai selatan pulau Jawa yang disebabkan oleh gempa bumi karena disana terdapat Seismic Gap.

Baca: Mengenal Seismic Gap

Bagaimana mereka menghitungnya, yuk kita baca penjelasan berikut;

Seismic Gap Selatan Jawa

seismic gap indonesia
Gambar 2. Beberapa kawasan di Indonesia yang menjadi dugaan adanya seismic gap (Aydan, 2008)

Seismic Gap didefinisikan sebagai sebuah kawasan yang aktif secara tektonik namun jarang terjadi gempa dalam waktu yang lama.

Seismic Gap di bagian pulau Sumatra sudah banyak diteliti oleh banyak peneliti, namun Seismic Gap di selatan Selat Sunda dan Pulau Jawa sangat sedikit dikaji oleh peneliti padahal penduduk Indonesia paling banyak berada di pulau Jawa.

Baca: Menunggu Gempa di Barat Sumatra

Memang tidak semua kawasan yang jarang terjadinya gempa bumi (seismic gap) bisa serta-merta dikatakan memiliki potensi gempa di masa yang akan datang.

Bisa jadi kawasan tersebut jarang terjadi gempa namun energi regangannya lepas melalui proses pergerakan secara berlahan-lahan (slow slip), namun ini harus dibuktikan berdasarkan data survey geodetik dasar samudra (seafloor geodetics) dan data itu belum ada.

Oleh karena itu, peneliti menganggap bahwa kawasan seismic gap di selatan pulau Jawa sebagai indikasi adanya potensi gempa yang cukup besar di masa depan yang mampu memicu tsunami.

Hipotesa ini dibuktikan dengan menganalisis data kegempaan di selatan pulau Jawa dan deformasi kerak bumi berdasarkan data GPS geodetik.

Kegempaan Di Selatan Jawa

Gambar 4. Sebaran episenter gempa bumi lebih besar dari Mw 4 sejak 2009 s/d 2018 di selatan Jawa berdasarkan data dari BMKG dan ISC (Widiyantoro dkk, 2020)

Di selatan pulau Jawa, terdapat zona subduksi dimana lempeng Indo-Australia menyusup (subduksi) ke bawah lempeng Eurasia tempat kita tinggal.

Tentu saja kawasan tersebut sangat aktif secara tektonik dan sering terjadi gempa bumi.

Untuk bisa mengetahui seberapa besar potensi gempa yang mampu memicu tsunami, para peneliti tersebut mencoba memplotkan episenter gempa bumi magnitudo lebih besar dari Mw 4 di selatan pulau Jawa dari tahun 2009 – 2018 berdasarkan data BMKG dan International Seismological Centre (ISC).

Hasil plot kembali episentar gempa bumi dengan magnitudo di atas Mw 4 para peneliti menemukan sekitar 1898 kali gempa bumi sebagaimana terlihat Gambar 4b.

Pada gambar 4b dan gambar 5, dapat dilihat adanya kawasan yang sepi gempa atau seismic gab yang ditandai dengan garis tebal warna pink.

Selain itu, pada peta di atas juga dapat dilihat sumber gempa bumi magnitudo 7,8 dan 7,7 yang memicu tsunami 1994 Banyuwangi dan tsunami 2006 Pangandara.

Gambar 5. Potongan melintang kawasan selatan pulau Jawa yang memperlihatkan adanya seismic gap di area pertemuan lempeng yang ditunjukkan oleh tanda warna Pink
(Widiyantoro dkk, 2020)

Deformasi Kerak Bumi Di Selatan Jawa

Selain memplotkan kembali episenter gempa bumi, para peneliti juga menganalisis 37 titik GPS geodetik dalam jangka waktu 6 tahun untuk mengamati pergerakan kerak bumi di pulau Jawa.

Baca: Aplikasi GPS Untuk Mitigasi Gempa Bumi

Deformasi kerak bumi pulau Jawa
Gambar 6. Nilai Slip deficit yang menunjukkan kawasan yang memiliki potensi gempa bumi di masa datang (Widiyantoro dkk, 2020)

Data 6 tahun GPS geodetik tersebut digunakan untuk menganalisis akumulasi regangan kerak bumi di selatan pulau Jawa.

Kawasan yang memiliki akumulasi regangan yang tinggi mengindikasikan sebagai zona yang menyimpan energi gempa yang cukup besar sehingga berpotensi untuk memicu gempa di masa yang akan datang.

Mereka membanding nilai kecepatan pergerakan lempeng bumi dengan hasil pengamatan GPS geodetik 6 tahun untuk mendapat nilai slip deficit yang mengindikasikan regangan.

Apabila nilai slip deficit-nya besar maka kawasan tersebut memiliki potensi terjadinya gempa bumi karena adanya kuncian di area pertemuan lempeng.

Pada Gambar 6 dapat dilihat bahwa kawasan selatan Jawa Barat dan Banten merupakan kawasan yang memiliki potensi gempa bumi yang tinggi.

Selain itu, di bagian selatan Jawa Tengah dan Jawa Timur juga terdapat kawasan potensi gempa dengan slip deficit yang tinggi.

Pemodelan Tsunami

Pada gambar 6 di atas terlihat bahwa ada 2 buah lokasi yang memiliki nilai slip deficit tinggi yang mengindikasikan kawasan kuncian dan juga seismic gap apabila petanya ditumpang-tindikan dengan gambar 4b di atas.

Berdasarkan hasil perhitungan slip deficit, peneliti mencoba menghitung potensi gempa bumi di selatan Jawa Barat dan didapatkan angka magnitudo Mw 8,9 dan di selatan Jawa Tengah, Jawa Timur sebesar Mw 8.8.

Namun apabila kawasan kuncian di selatan Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur pecah secara berbarengan, maka potensi gempanya Mw 9.1.

Setelah potensi magnitudo gempa diketahui, selanjutnya dilakukan permodelan tsunami untuk memperkirakan tinggi maximum, waktu sampai gelombang, dan jauh daerah genangan.

Gambar 7. Model tsunami apabila kawasan kuncian yang ada di selatan Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur pecah berbarengan (Widiyantoro dkk, 2020).

Pada Gambar 7a dan 7b di atas dapat dilihat model tsunaminya dan Gambar 7c menunjukkan tinggi tsunami.

Tinggi tsunami ketika mencapai pantai diperkirakan setinggi 20,2 m di selatan Banten, sekitar 11,7 m di Jawa Barat dan Jawa Timur dan lebih rendah untuk Jawa Tengah.

Prediksi tinggi tsunami ini terjadi apabila gempa bumi dangkal dengan magnitudo 8,9 – 9 terjadi.

Hasil penelitian ini mengingatkan kita bahwa tinggal di negara “ring of fire” mengharuskan kita untuk selalu waspada dan siaga.

Program-program penguatan infrastruktur dan kultur untuk mitigasi bencana tsunami harus selalu menjadi prioritas untuk menyelamatkan anak bangsa.

Semoga artikel potensi tsunami di selatan pulau Jawa ini bermanfaat bagi pembaca setiap Melek Bencana.

Jangan lupa Like dan Share artikel ini.

Tags:
author

Author: 

Saya Ibnu Rusydy, Pecinta, pelajar dan pengajar Ilmu Kebumian yang lahir di Aceh-Indonesia. Saat ini saya tergabung dalam Himpunan Ahli Geofisika Indonesia (HAGI) Komisaris Wilayah Aceh (id: IBN-RUSYD-150) dan Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI) Pengurus Daerah Aceh (Npa: 4658). Apabila menyukai artikel yang saya tulis, silahkan sebarkan ke kawan-kawan anda.

Leave a Reply