Masa tanggap darurat Covid-19 diperpanjang karena wabah ini telah menyebar seluruh Indonesia dan seluruh dunia.
2.006.513 orang dinyatakan positif di seluruh dunia saat artikel ini saya tulis (update 15 April 2020, 23:28 wib).
Saat ini, wabah Covid-19 telah dinyatakan sebagai bencana non-alam nasional oleh presiden RI melalui Keputusan Presiden No. 12 Tahun 2020.
Penetapan ini karena masifnya dampak dari Covid-19 ini dan saat ini kita perlu strategi tanggap darurat menghadapi Covid-19.
Kita tidak terbiasa menghadapai kondisi tanggap darurat sebuah wabah dan harapan pengalaman tanggap darurat Covid-19 ini memberikan banyak pembelajaran bagi kita sebagai bangsa.
Namun demikian, kita sudah sangat terbiasa menghadapi kondisi tanggap darurat bencana alam, dan apabila kita lihat-lihat lagi ternyata ada kesamaan antara tanggap darurat Covid-19 dengan tanggap darurat letusan Gunung Api.
Berikut ini beberapa kesamaan menghadapi Covid-19 dengan letusan gunung api.
Covid-19 Bisa Diprediksi
Berbeda dengan bencana gempa bumi yang bisa datang kapan saja dan mengejutkan kita, namun tidak dengan gunung api.
Sebelum meletus, gunung api akan menunjukkan beberapa gejala yang bisa diamati oleh para peneliti gunung api atau ahli vulcanologi.
Baca: Pengamatan Gunung Api
Data hasil pengamatan gunung api tersebut bisa digunakan untuk memprediksi dan menentukan status sebuah gunung api.
Hal yang sama terjadi pada Wabah-19, sebelum dia menyebar dengan masif-nya, gejala wabah Covid-19 akan dapat diamati pada masing-masing individu yang tertular.
Berdasarkan data jumlah yang tertular, jumlah populasi, dan upaya penanggulangan yang akan dilakukan, para ahli pandemik mampu memprediksi bahaya yang bisa ditimbulkan oleh wabah Covid-19 ini.
Berlangsung Lama dan Tak Pasti
Letusan gunung api bisa berlangsung lama dan tidak berhenti, contohnya adalah letusan gunung api Sinabung, kita tidak pernah tahu kapan dia akan berhenti.
Sama dengan gunung api, wabah Covid-19 juga bisa berlangsung lama dan kita tidak pernah tahu kapan dia akan berakhir.
Berbeda dengan gempa bumi dan tanah longsor yang berlangsung pada waktu yang singkat dan semua terasa cepat berlalu.
Walau demikian, kita selalu berupaya melakukan upaya pengurangan dan pemutusan rantai wabah covid-19 ini.
Untuk itu, kita perlu strategi jangka menengah dan jangka panjang untuk bisa menghilang wabah Covid-19 ini.
Baca: 9 Langkah Jitu Agar Selamat Dari Covid-19 Menurut Ahli
Pembatasan Aktifitas
Saat bencana gunung api terjadi, kita harus memindahkan orang yang berada di kawasan rawan bencana gunung api dan membatasi aktifitas manusia.
Proses pembatasan aktifitas dilakukan setelah hasil analisis oleh ahli vulkanologi menunjukkan tingkat bahaya yang bisa ditimbulkan oleh gunung api.
Beberapa penerbangan dan aktifitas ekonomi lainnya harus dihentikan untuk mengurangi risiko yang bisa ditimbulkan oleh letusan gunung api terebut.
Hal yang sama harus kita lakukan ketika berhadapan dengan wabah Covid-19.
Beberapa negara memberlakukan lockdown dan jaga jarak untuk memutus rantai penyebaran Covid-19.
Di Indonesia, berapa kota seperti Jakarta, Bekasi, dan Bogor memberlakukan PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar) untuk mengurangi aktifitas manusia.
Menyediakan Insentif Ekonomi
Pada masa tanggap darurat gunung api, beberapa masyarakat yang terdampak dari bencana ini akan mengalami masalah ekonomi.
Hal ini bisa disebabkan oleh rusaknya lahan pertanian mereka akibat letusan gunung api atau hilangnya pekerjaan akibat pembatasan aktifitas manusia.
Dalam kondisi seperti ini, pemerintah harus menyediakan bantuan untuk untuk memastikan masyarakat terdampak bisa melangsungkan hidupnya.
Sama dengan wabah Covid-19, pembelakuan PSBB dan pengurangan aktifitas manusia tentu akan berdampak pada penghasilan masyarakat.
Pemerintah harus menyediakan insentif atau bantuan bagi masyarakat kurang mampu.
Mempercayai Ahli
Percayakan segala sesuatu pada ahlinya, maka semuanya akan berjalan sesuai dengan yang direncanakan.
Dalam memahami gunung api, kita selalu mengandalkan ahli geologi dan ahli vulkanologi dan mereka bekerja dengan sangat profesional.
Rekomendasi mereka tentang apa harus dilakukan oleh masyarakat dan pemerintah akan menyelamatkan banyak jiwa.
Serahkan segala urusan pada ahlinya, maka semuanya akan berjalan sesuai dengan apa yang direncanakan di awal.
Hal yang sama harus kita lakukan pada masa tanggap darurat wabah Covid-19 ini.
Memakai Masker
Ketika gunung api meletus, kita sangat dianjurkan untuk memakai masker. Masker akan menyelamatkan kita dari terhirupnya partikel debu vulkanik yang sangat halus dan tajam.
Apabila selama letusan gunug api kita memakai masker untuk menyelamatkan kita namun pada kasus wabah Covid-19, kita memakai masker untuk menyelamatkan diri kita dan orang lain.
Apabila semua orang memakai masker selama wabah Covid-19, maka kita tidak akan tertular dan menularkan, demikian juga orang lain.
Masker yang kita pakai tidak harus masker medis, masker kain pun cukup aman untuk kita pakai, silahkan baca artikel di atas untuk info lebih lanjut.
Semoga beberapa kesamaan kondisi tanggap darurat antara bencana gunung api dengan wabah Covid-19 ini akan memberikan kita informasi tentang apa yang harus kita lakukan selama masa tanggap darurat ini.