Selama tahun 1800-an, para geologi menyakini bahwa bumi pada dasarnya sebuah bola pijar raksasa yang kemudian membeku. Akibat pembekuan tersebut, mereka menganggap bumi telah Mengkerut selama berabad-abad. Para geologis pada masa itu berargumen, akibat dari pengkerut tersebut, maka terbentuklah perbukitan, lipatan, patahan, cekungan, dan lain-lain. Hipotesa Bumi Mengkerut ini mampu menjelaskan beberapa bentuk muka bumi namun tetap saja tidak dapat menjelaskan bentuk dan letak benua.
Pada abad ke 20 (1900-an) ada ilmu geologis menemukan bukti bahwa bagian dalam bumi terpanas oleh reaksi peluruhan unsur radioaktif alami. Pada masa ini, Hipotesa Bumi Mengerut tidak dipakai lagi dan mulai muncul Hipotesa Bumi Mengembang. Dalam hipotesa tersebut dijelaskan bahwa selama bumi terpanaskan oleh bagian dalam bumi, bumi akan mengembang dan beberapa benua terpecahkan dalam beberapa bagian kemudian bagian tengah yang terpecahkan tersebut akan menjadi samudra. Namun hipotesa Bumi Mengambang ini tidak dapat menjelaskan mengapa bentuk pantai antara benua Afrika bagian barat sama persis dengan bentuk pantai benua Amerika bagian timur.
Afred Wegener seorang ahli Fisika dan Meteorologi Jerman yang tidak percaya dengan konsep bumi mengkerut dan mengembang. Pada tahun 1910 dia mengagas konsep Continental Drift yang menjadi cikal bakal Teori Tektonik Lempeng. Afred Wegener meninggal pada tahun 1930 dan pada saat dia meninggal konsep Continental Drift belum bisa diterima oleh kalangan geologi pada masa it. 30 tahun setelah Afred Wegener meninggal, baru ditemukan bukti yang sangat banyak yang membenarkan konsep Continental Drift dan pada akhirnya muncul teori Tektonik Lempeng.
Teori Tektonik Lempeng merupakan sebuah revolusi dalam ilmu geologi. Kakek-kakek kita yang belajar geologi sebelum tahun 1960 tidak mengenal teori tektonik lempeng. Pada masa sebelum 1960-an, mereka menggunakan konsep “eugeosyncline” dan Miogeosyncline” yang digunakan untuk menjelaskan pembentukan morfologi bumi. Kedua istilah tersebut saat ini tidak kita dengar lagi karena kedua konsep tersebut tidak mampu menjelaskan semua fenomena geologi. Teori tektonik lempeng mampu menjelaskan segala fenomena geologi sehingga kedua konsep tersebut hilang dimakan waktu. Teori Tektonik Lempeng telah mampu menjelaskan bagaimana benua dan samudra terbentuk, terbentuknya pergunungan, lembah, cekungan, lipatan, patahan, pembentukan gunung api, terjadinya gempa bumi, pembentukan mineral penting, dan masih lain fenomena geologi yang bisa dijelaskan oleh teori Tektonik Lempeng yang baru dimulai sejak 1960-an.
Semoga penjelasan singkat tentang Teori Tektonik Lempeng: Sebuah Revolusi dalam Geologi ini memberikan ilmu tentang perkembangan ilmu geologi kepada pembaca setia blog Melek Bencana dan menambah pengetahuan anda tentang Bencana Alam dan hubungannya dengan tektonik
Sumber Bacaan: Murck. B., (2001). Geology (A Self-Teaching Guide), Jhon Wiley & Sons, Inc. Canada.
Gempa bumi dangkal yang bersumber dari patahan di darat kembali terjadi di Myanmar pada tanggal…
Pada tanggal 28 Maret 2025, sebuah gempa bumi yang bersumber dari patahan dangkal di darat…
Sebagai sebuah negara yang berada di posisi "ring of fire" kesiapsiagaan kita menghadapi bencana gempa…
Beberapa objek yang digunakan oleh peneliti untuk mempelajari iklim masa lalu (purba), Sumber gambar dari…
Menurut para geologist, bumi tempat kita tinggal telah berumus 4,56 milyar tahun. Dalam perkembangannya, bumi…
Sebagai negara yang beriklim tropis, kita memiliki intensitas curah hujan yang cukup tinggi. Intensitas curah…
Leave a Comment