Tsunami

tsunami adalah

Tsunami adalah perpindahan air laut yang diakibatkan oleh perubahan volume air laut dalam arah vertikal secara vertikal. 

Perubahan permukaan laut tersebut bisa disebabkan oleh gempa bumi yang berpusat di bawah laut, letusan gunung berapi bawah laut, longsor bawah laut, atau atau hantaman meteor di laut.

Gelombang tsunami dapat merambat ke segala arah.Tenaga yang dikandung dalam gelombang tsunami adalah tetap terhadap fungsi ketinggian dan kelajuannya.

Di laut dalam,gelombang tsunami dapat merambat dengan kecepatan 500–1000 km per jam.

Setara dengan kecepatan pesawat terbang. Ketinggian gelombang di laut dalam hanya sekitar 1 meter.

Dengan demikian, laju gelombang tidak terasa oleh kapal yang sedang berada di tengah laut.

Ketika mendekati pantai, kecepatan gelombang tsunami menurun hingga sekitar 30 km per jam, namun ketinggiannya sudah meningkat hingga mencapai puluhan meter.

Hantaman gelombang Tsunami bisa masuk hingga puluhan kilometer dari bibir pantai.

Kerusakan dan korban jiwa yang terjadi karena Tsunami bisa diakibatkan karena hantaman air maupun material yang terbawa oleh aliran gelombang tsunami.

tsunami aceh
Simulasi Tsunami Aceh tahun 2004

Dampak negatif yang diakibatkan tsunami adalah merusak apa saja yang dilaluinya.

Bangunan, tumbuh-tumbuhan, dan mengakibatkan korban jiwa manusia serta menyebabkan genangan, pencemaran air asin lahan pertanian, tanah, dan air bersih.

Beberapa kondisi meteorologis, seperti badai tropis, dapat menyebabkan gelombang badai yang disebut sebagai meteortsunami yang ketinggiannya beberapa meter di atas gelombang laut normal.

Ketika badai ini mencapai daratan, bentuknya bisa menyerupai tsunami, meski sebenarnya bukan tsunami.

Gelombang badai ini pernah menggenangi Burma (Myanmar) pada Mei 2008.

Wilayah di sekeliling Samudra Pasifik memiliki Pacific Tsunami Warning Centre (PTWC) yang mengeluarkan peringatan jika terdapat ancaman tsunami pada wilayah ini.

Wilayah di sekeliling Samudera Hindia sedang membangun Indian Ocean Tsunami Warning System (IOTWS) yang akan berpusat di Indonesia dan InaTews (Indonesia Tsunami Early Warning System).

Berita Terkait: Kumpulan Artikel Tsunami

Penyebab Terjadinya Tsunami

Tsunami dapat terjadi jika terjadi gangguan yang menyebabkan perpindahan sejumlah besar air, seperti letusan gunung api,gempa bumi, longsor maupun meteor yang jatuh ke bumi.

Namun, 90% tsunami adalah akibat gempa bumi bawah laut. Dalam rekaman sejarah beberapa tsunami diakibatkan oleh gunung meletus, misalnya ketika meletusnya Gunung Krakatau.

Gerakan vertikal pada kerak bumi, dapat mengakibatkan dasar laut naik atau turun secara tiba-tiba, yang mengakibatkan gangguan keseimbangan air yang berada di atasnya.

Hal ini mengakibatkan terjadinya aliran energi air laut, yang ketika sampai di pantai menjadi gelombang besar yang mengakibatkan terjadinya tsunami.

Kecepatan gelombang tsunami tergantung pada kedalaman laut di mana gelombang terjadi, dimana kecepatannya bisa mencapai ratusan kilometer per jam.

Bila tsunami mencapai pantai, kecepatannya akan menjadi kurang lebih 50 km/jam dan energinya sangat merusak daerah pantai yang dilaluinya.

Di tengah laut tinggi gelombang tsunami hanya beberapa cm hingga beberapa meter, namun saat mencapai pantai tinggi gelombangnya bisa mencapai puluhan meter karena terjadi penumpukan masa air.

Saat mencapai pantai tsunami akan merayap masuk daratan jauh dari garis pantai dengan jangkauan mencapai beberapa ratus meter bahkan bisa beberapa kilometer.

Gerakan vertikal ini dapat terjadi pada patahan bumi atau sesar.

Gempa bumi juga banyak terjadi di daerah subduksi, dimana lempeng samudera menelusup ke bawah lempeng benua.

Tanah longsor yang terjadi di dasar laut serta runtuhan gunung api juga dapat mengakibatkan gangguan air laut yang dapat menghasilkan tsunami.

Gempa yang menyebabkan gerakan tegak lurus lapisan bumi. Akibatnya, dasar laut naik-turun secara tiba-tiba sehingga keseimbangan air laut yang berada di atasnya terganggu.

Demikian pula halnya dengan benda kosmis atau meteor yang jatuh dari atas. Jika ukuran meteor atau longsor ini cukup besar, dapat terjadi megatsunami yang tingginya mencapai ratusan meter.

Bacaan Terkait : Sejarah Mega Tsunami di Aceh Dari 2000 Tahun Lalu.

Gempa yang menyebabkan tsunami

  • Gempa bumi yang berpusat di tengah laut dan dangkal (0 – 30 km)
  • Gempa bumi dengan kekuatan sekurang-kurangnya 6,5 Skala Richter
  • Gempa bumi dengan pola sesar naik atau sesar turun

Sistem Peringatan Dini Tsunami di Indonesia

Dalam sistem InaTEWS tersebut, ada 3 sistem yang utama yang diperlukan agar sistem peringatan dini Indonesia ini berjalan sesuai dengan standar peringatan dini tsunami.

Yang pertama adalah sistem pemantauan darat dan laut yang terdiri dari seismograph, GPS (global Positioning System), accelerometer, Buoy, Tide Gauge, dan CCTV.

Yang kedua adalah sistem pengolahan data untuk data kegempaan bisa dilakukan di 10 kantor regional dan 1 kantor Nasional dan  kantor untuk pengolahan data Tide Gauge, GPS, dan Buoys masing-masingnya 1 kantor Nasional.

Sistem yang ketiga ada sistem komunikasi yang melibatkan pengumpulan data dan penyebaran informasi kepada masyarakat umum.

Ilustrasi Sistem-sistem terkait peringatan dini tsunami ini dapat dilihat pada gambar di bawah kanan.

alur data InaTEWS

Alur Data InaTEWS (Sumber: http://inatews.bmkg.go.id)

Pada gambar jelas terlihat bahwa di darat dan laut telah dipasang beberapa sensor yang berfungsi untuk mengumpul data gempa bumi, mengamati pergerakan lempeng, dan sensor pengamatan tsunami.

Kesemua sensor tersebut dikelola oleh instansi-instansi teknik yang berkompeten di bidangnya.

Tahap selanjutnya adalah penyebaran informasi tersebut kepada masyarakat yang juga melibatkan instansi pemerintah dan pihak swasta.

Semua kompoten peringatan ini sudah sangat bagus, artinya secara struktural kita sudah sangat siap.

Bagaimana dengan kesiapan non-struktural yang melibatkan masyarakat langsung? akan kah masyarakat kita sudah bijak dalam merespon setiap peringatan? atau malah panik?.

Saya yakin pertanyaan ini akan terjawab sendiri dengan program-program penguatan kapasitas masyarakat dan pegawai pemerintah dalam hal pengurangan resiko bencana.

Sejarah Tsunami Indonesia

Sejak tahun 1600 sampai dengan tahun 2007, Indonesia telah mengalami 184 tsunami besar.

Apabila kita melihat sumber penyebab kejadi tsunami tersebut, hampir 90% kejadiannya disebabkan oleh gempa bumi di laut, 9% diakibatkan oleh letusan gunung api dan 1% karena tanah longsor bawah laut (Latief, DKK, 2000).

Mungkin kita sudah tahu semua bahwa Kejadian tsunami yang disebabkan oleh letusan gunung api pernah terjadi di Indonesia pada tahun 1883.

Karena letusan gunung api Krakatau tapi ada yang tahu kalau kejadian tsunami karena tanah longsor di laut pernah terjadi pada tahun 1979 di kepulauan Lomblen Nusa Tenggara Timur.

Pada Gambar di bawah ini ditunjukkan beberapa kejadian gempa bumi yang menyebabkan tsunami semenjak tahun 1976 sampai dengan tahun 2007.

Sumber Tsunami Indonesia

Peta Kejadian bencana alam Gempa dan Tsunami di Indonesia sejak tahun 1976 sampai dengan 2007 (Puspito, N.T, 2008)

Dikarenakan 90% kejadian tsunami di Indonesia disebabkan oleh gempa bumi, maka saya menampilkan gambar di atas yang menunjukkan kejadian bencana alam tsunami dengan berbagai mekanisme sumber gempa bumi.

Berdasarkan mekanisme sumber tersebut, 75% kejadian tsunami disebabkan oleh gempa bumi karena sumber gempanya berupa sesar naik, 20% karena sesar geser, dan 5% karena sesar normal (Puspito, N.T, 2008).

Contoh kejadian tsunami akibat sesar naik pada abad ke-21 yang paling fenomenal dan mengejutkan semua orang adalah tsunami Aceh 2004.

Note: Sejarah kejadian bencana alam tsunami dan bencana alam gempa bumi masa lalu di Aceh, pembaca bisa baca artikel “Paleo Tsunami di Simeulu” dan “Menelusuri Paleo Seismik di Sumatra

Dari sejarah kejadian bencana alam tsunami di Indonesia, kejadian tsunami biasanya pada kedalaman sumber gempa yang beragam.

86% kejadian tsunami diakibatkan oleh gempa bumi pada kedalaman kurang 60 Km dengan perincian 46% pada kedalaman 20-40 km, 24% pada kedalaman 0-20 Km dan 16% pada kedalaman 41-60 Km.

9% kejadian tsunami pada kedalaman gempa bumi 60-80 Km dan 5% pada kedalaman 81-100 Km (Puspito, N.T, 2008).

Jadi apabila kawan-kawan sering bahwa gempa bumi lebih lebih dangkal dari 30 km bisa menyebabkan tsunami, ya memang dari sejarah kejadian tsunami menunjukkan seperti itu.

Sumber Bacaan: