Beberapa orang awam masih meragukan tentang penyebab tsunami Aceh 2004 yang sangat dahsyat tersebut. Untuk memberikan pemahaman yang benar tentang penyebab tsunami Aceh 2004 saya mempublikasi tulisan ini.
Pada tulisan sebelumnya saya sudah pernah menjelaskan tentang sumber-sumber gempa di Sumatra.
Pada tulisan tersebut, sudah tergambar dengan jelas bagaimana kondisi geologi Indonesia khususnya pulau Sumatra sehingga menjadi kawasan yang rawan terhadap gempa dan tsunami.
Kesiapsiagaan kita dalam menghadapi gempa dan tsunami menjadi wajib hukumnya karena kita memang tinggal di zona tersebut. Gempa besar dan tsunami yang terjadi 8 tahun lalu tentu masih terngiang-ngiang dalam ingatan kita khususnya orang Aceh.
Gempa dan tsunami 26 Desember 2004 tersebut telah melululantahkan provinsi Aceh, Sumatra Utara dan beberapa negara tetangga. Kejadian ini telah mengingatkan kita bahwa gempa dan tsunami bisa terjadi kapan saja tanpa ada peringatan.
Setelah gempa bumi dan tsunami 2004, banyak pakar seismologi, geologi, geofisika, geodesi, dan berbagai cabang ilmu kebumian telah melakukan riset. Mereka juga sudah memublikasikan tulisan mereka tentang bencana alam yang maha dahsyat tersebut dalam seminar-seminar dan jurnal-jurnal ilmiah.
Bagi kawan-kawan yang sempat ikut seminar dan membaca pembahasan mereka melalui jurnal ilmiah tentu sudah memahami penyebab terjadinya tsunami Aceh tahun 2004.
Dalam upaya menyebarkan informasi yang cuma ada di seminar-seminar, tulisan ini sengaja saya tulis kembali supaya apa yang sudah saya dan kita ketahui sejak beberapa tahun yang lalu, juga bisa dipahami oleh masyarakat awam dan pembaca setia Blog Melek Bencana.
Rekahan/Patahan (rupture) Terpanjang
Gempa bumi dan Tsunami Aceh 2004 tercatat sebagai gempa bumi dengan bidang rekahan/patahan (rupture) terpanjang dalam sejarah gempa bumi yang tercatat oleh manusia.
Rekahan/patahan sepanjang ±1600 Km dimulai dari epicenter gempa dekat pulau Simeulue dan menerus sampai ke kepulauan Andaman dengan kecepatan ±2 Km/detik.
Rekahan/patahan yang panjang ini selesai dalam waktu ±10 menit dan menjadi sumber gangguan volume air laut yang selanjutnya menjadi sumber tsunami yang sangat besar (Kerry Sieh, 2007).
Bencana alam Gempa bumi dan tsunami Aceh 2004 tersebut diyakini bukan yang pertama namun yang kesekian kali. Pada tulisan tsunami purba saya sudah menjelaskan banyak hal tentang tsunami masa lalu yang pernah terjadi di Aceh. Ini linknya https://www.ibnurusydy.com/paleo-tsunami-di-simeulue-aceh/
Pada video di atas, anda dapat melihat model pola perubahan dasar laut akibat rekahan/patahan sepanjang ±1600 Km akibat gempa 26 Desember 2004.
Titik kuning pada video tersebut menunjukkan episenter gempa, garis kontur warna merah menunjukkan kenaikan dasar laut (up-lift) dan garis kontur warna biru penurunan (down-lift).
Dasar samudra/laut yang naik dan turun sampai dengan 20 m sejauh ±1600 Km sudah pasti memicu gelombang tsunami yang maha dasyat. Video ini dibuat oleh Vala Hjorleifsdottir dan Santiago Lombeyda.
Dalam video tersebut kita melihat perubahan batimetri dasar laut yang menjadi indikasi ada rekahan/patahan tampak dari atas.
Rekahan/patahan tersebut dimulai dari Pulau Simeulue ke arah utara menuju kepulauan Andaman.
Apabila proses tersebut coba kita ambil bentuk melintangnya (cross section), maka ilustrasinya hampir sama dengan gambar di samping ini.
Yuichiro Tanioka et al, melalui tulisannya tentang Rupture process of the 2004 great Sumatra-Andaman earthquake estimated yang dipublikasi pada tahun 2006 di The Society of Geomagnetism and Earth, Planetary and Space Sciences (SGEPSS) menyatakan bahwa rekahan tersebut ber-jurus (strike) 329 derajat dengan kemiringan (dip) 8 derajat.
Menurut Yuichiro, rekahan/patahan ini tidaklah satu garis melainkan bercabang-cabang dan bersegmen-segmen. Hasil percabangan rekahan/patahan ini dia dapat berdasarkan hasil permodelan gelombang tsunami.
Modeling terbalik dilakukan untuk mendapat geometri sumber tsunami. Kalau biasanya ahli tsunami memodelkan tsunami dengan terlebih dahulu punya data geometri sumber namun yang dia lakukan adalah sebaliknya. Hasil dari permodelan tersebut dapat dilihat pada gambar di samping.
Percabangan rekahan/patahan yang terjadi di dasar samudra atau dasar laut menyebabkan ada kawasan-kawasan yang sekitar Aceh Besar mendapatkan gelombang tsunami tinggi dan lebih duluan dan lebih tinggi dibandingkan dengan daerah yang lain.
Kecamatan Lhoknga yang terdapat di Kab. Aceh Besar diterjang gelombang tsunami setinggi 30 meter sedangkan kawasan Meulaboh di Kab. Aceh Barat yang berada di pantai Barat Aceh malah memiliki ketinggian tsunami jauh di bawah 30 meter. Selain itu, tingginya tsunami di kawasan Lhoknga juga diakibat oleh besarnya nilai slip (bagian yang naik dan turun) daripada rekahan/patahan dibandingkan dengan segmen yang lain.
Data atau nilai yang saya sebutkan di atas adalah berdasarkan permodelan dengan kondisi yang hampir sama dengan apa yang terjadi pada tanggal 26 Desember 2004 yang dilakukan oleh Yuichiro dan kawan-kawan. Selain berdasarkan model, kenyataan bahwa adanya rekahan sepanjang ±1600 Km ini juga bisa dibuktikan dengan adanya sisi pulau di dekat zona rekahan/patahan yang naik dan turun.
Kepulauan Yang Naik dan Turun
Prof. Kerry Sieh yang sejak dulu sudah memfokuskan riset kegempaan di kawasan Sumatra, telah melakuan investigasi pada pulau-pulau yang terdapat di sekitar zona rekahan/patahan akibat gempa Aceh. Beliau menemukan banyak sekali pulau dari mulai Simeulue sampai dengan kepulauan yang ada di Andaman telah mengalami deformasi berupa uplift (naik) dan downlift (turun).
Besarnya kenaikan dan penurunan pulau yang ada di sepanjang jalur rekahan/patahan dapat diamati berdasarkan bentuk marfologi terumbu karang Mikroatol seperti yang pernah saya tulis pada tulisan rekam jejak gempa purba. Selain terekam pada terumbu karang Mikroatol, penurunan dan kenaikan ini dapat juga diamati menggunakan GPS Geodetik. Caranya dengan pembandingan koordinat (x,y,z) sebelum gempa 2004 dengan koordinat (x,y,z) setelah gempa. Hasil perbandingan ini memperlihatkan besarnya vektor deformasi kawasan tersebut seperti pada tulisan sebelumnya tentang GPS untuk mitigasi gempa bumi.
Pada gambar di samping ini, dapat dilihat bagian pulau yang mengalami penurunan setelah gempa Aceh 2004.
Pulau-pulau yang turun dan naik ini ada terdapat di sepanjang zona rekahan/patahan sampai ke Andaman. Hal ini telah membukti bahwa panjang rekahan/patahan yang menjadi sumber tsunami Aceh benar-benar panjang dan apa yang dimodelkan oleh beberapa pakar memang benar adanya.
Rekahan/patahan sepanjang ±1600 Km menjadi penyebab utama dasyatnya gelombang tsunami Aceh 2004, seadainya panjang rekahan/patahan jauh di bawah 1600 Km dan slip-nya cuma 1 meter tentu tsunaminya tidak sedasyat yang kita alami.
Mudah-mudahan setelah membaca tulisan ini tidak ada lagi kecurigaan yang aneh-aneh dan tanpa bukti ilmiah. Dalam kehidupan sehari-hari kita juga diajarkan untuk tidak menuduh orang dengan tuduhan yang tidak benar walau orang yang kita tuduh banyak melakukan kesalahan kemanusiaan. Mari melihat fakta ilmiah dibalik setiap kejadian dan jangan terpengaruh tulisan hoax yang ditulis oleh orang yang tidak bertanggung jawab dan tidak mengerti proses.
Semoga tulisan ini penyebab tsunami 2004 ini bermanfaat dan menambah ilmu bencana alam bagi anda yang belum mengetahui.
Baca juga: 5 Alasan Tsunami Aceh Murni Kejadian Alam
abdul gani12 years ago
Ibnu Rusydy12 years ago
ari.srg11 years ago
Ibnu Rusydy10 years ago
portalsinopsis10 years ago
medan9 years ago
Mbak Vee8 years ago