Pada tanggal 28 Maret 2025, sebuah gempa bumi yang bersumber dari patahan dangkal di darat terjadi di Myanmar.
Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan oleh United States Geological Survey (USGS), gempa bumi tersebut terjadi pada pukul 06:20:54 (UTC), episenter gempa berada di Mandalay.
Secara geologi, negara Myanmar dilewati oleh patahan Sagaing, dan tentukan saya patahan ini diduga menjadi sumber gempa bumi dangkal tersebut. Gempa bumi yang disebabkkan oleh patahan/sesar yang berada di darat ini telah menyebabkan banyak sekali bangunan yang rusak.
Patahan mana yang bertanggung jawab pada kejadian ini?
Patahan Sagaing yang lama “terkunci”
Dalam buku “Myanmar: Geology, Resources and Tectonics” dijelaskan bahwa patahan Sagaing merupakan salah satu patahan yang sangat aktif dan panjang.
Patahan ini membentang sepanjang 1200 km yang dimulai dari sisi utara Myanmar sampai ke Andaman yang berada di bagian utara pulau Sumatra (lihat Gambar 1a).

Apabila kita melihat gambar 1c, di sisi tengah paatahan Sagaing tidak tercatat kejadian gempa yang cukup signifikan.
Hal ini mengindikasikan zona tersebut sebagai zona seismic gap.
Sebenarnya, keberadaan seismic gap di patahan Sagaing sudah diketahui sejak lama dan banyak penelitian yang sudah dilakukan.
Baca: Mengenal Seismic Gap
Sebelum tahun 2018, Tim peneliti dari India dan Prancis mencoba membagi patahan Sagaing menjadi 3 segmentasi.
Mereka menganalisis deformasi patahan Sagaing berdadarkan data geologi, seismologi, dan geodesi sepanjang zona patahan.
GPS geodetik dipasang sepanjang zona patahan selama 2 tahun, dan hasil analisis deformasi patahan pada ketiga segment dapat dilihat pada Gambar 2.

Segment I merupakan zona rayapan (creeping), sementara segmen II dan III merupakan kawasan yang terkunci (locked).
Zona rayapan (creeping) secara tektonik berarti kedua sisi patahan tetap bergerak berlahan-lahan dan kemungkinan zona ini aman dari gempa karena tidak ada akumulasi tegangan yang besar disana.
Sedangkan locked ini sangat rawan karena ada akumulasi tegangan disana dan sewaktu-waktu bisa lepas dalam bentuk gempa bumi.
Video di bawah ini menjelaskan bagaimana akumulasi tegangan pada patahan geser kanan lepas dan menjadi sumber gempa bumi.
Dampak Gempa dari Patahan Sagaing

Apabila kita merujuk pada beberapa penelitian patahan Sagaing di Myanmar, maka hampir semua peneliti menyimpulkan bawah kawasan sekitar zona patahan adalah zona rawan gempa bumi.
Saya pribadi yakin bahwa hasil penelitian tersebut sudah disampaikan atau diseminasikan kepada masyarakat dan pemerintah setempat.
Yang menjadi pertanyaan, seberapa percaya masyarakat setempat dan pemerintah kepada hasil penelitian? Dipersilahkan para membaca menyimpulkan sendiri.
Satu hal pasti, kejadian gempa bumi 28 Maret 2025 yang bersumber dari patahan yang berada di daratan ini telah banyak sekali menyebabkan runtuhnya bangunan.
Gempa tidak pernah membunuh, tapi reruntuhan bangunanlah yang membunuh.
Sudahkah pemerintah Myanmar mengikuti dan menerapkan aturan bangunan tahan gempa bumi disana?
Sesaat setelah gempa terjadi, USGS merilis intensitas goncangan gempa. Dalam web ini saya tampilkan intensitas goncangan gempa bumi dalam skala MMI seperti terlihat pada gambar di bawah ini.
Skala goncangan tanah maksimal sebesar 9 MMI.
Menurut BMKG, pada skala MMI 9 “Kerusakan pada bangunan yang kuat, rangka-rangka rumah menjadi tidak lurus, banyak retak. Rumah tampak agak berpindah dari pondamennya. Pipa-pipa dalam rumah putus.”
Saat tulisan ini ditulis, sudah banyak sekali berita dan foto-foto yang beredar dan memperlihat kerusakan bangunan akibat gempa bumi Myanmar ini.
Kerusakannya sangat masif dan mematikan.
Kesimpulannya, pembuatan rumah dan bangunan yang tahan gempa bumi menjadi keharusan pada semua kawasan rawan gempa bumi.
Semoga artikel pendek ini bermanfaat bagi pembaca setia blog Melek Bencana.