
Menurut para geologist, bumi tempat kita tinggal telah berumus 4,56 milyar tahun.
Dalam perkembangannya, bumi telah mengalami banyak sekali fenomena alam, termasuk di dalamnya perubahan suhu.
Perubahan suhu ini dikontrol oleh naik-turunnya kandungan karbon dioksida, fenomena alam seperti letusan gunung berapi dan orbitan bumi yang berdampak pada perubahan suhu bumi.
Mengapa artikel kali ini cuma melihat suhu bumi sejak 65 juta tahun lalu?
65 Juta tahun memiliki tonggak sejarah yang sangat penting dalam ilmu geologi. Hal ini dikarenakan 65 juta tahun lalu dinosaurus musnah dari bumi. Tidak hanya dinosaurus, banyak mahkluk hidup di bumi yang musnah pada masa itu.
Geologist mencatat kejadian ini sebagai berakhir masa Mesozoikum dan dimulainya masa Kenozoikum atau berakhirnya masa kejayaan reptil dan dimulainya masa mamalia.
Seperti apa Iklim bumi sejak 65 Juta tahun lalu dan seperti apa peta bumi Indonesia akibat perubahan suhu ini?, mari kita lihat ulasan berikut.
Data Sejarah Perubahan Iklim
Dalam ilmu geologi, kita mengenal ada istilah “The Present is The Key to The Past” yang dicetuskan oleh pak James Hutton.
Setiap lapisan batuan yang kita lihat sekarang merupakan “pita rekaman” kejadian-kejadian di masa lalu.
Perlapisan batuan yang terbentuk di masa lalu, akan membawa informasi seperti apa lingkungan pengendapannya, seperti apa iklim ketika batuan tersebut terbentuk, dari mana sumber batuan asalnya, dan lain sebagainya.
Untuk meneliti sejarah bumi yang lebih lama, kadang kala kita harus mengali lapisan bumi yang lebih dalam dan ini sudah dilakukan oleh ahli geologi sejak dulu.

Penelitian terbaru terkait sejarah suhu bumi dilakukan oleh Tim International Ocean Discovery Program pada tahun 2013 dengan cara melakukan pengeboran di dasar laut.
Endapan sedimen laut tersebut mengandung fosil foraminifera. Cangkang foraminifera ini memberikan informasi seperti apa iklim di masa lalu sampai 65 Juta tahun lalu.
Tentu saja untuk mendapatkan informasi sampai 65 juta tahun lalu, para peneliti harus mengebor sampai ke lapisan batuan yang terbentuk sejak 65 juta tahun lalu.
Batuan sedimen yang terbentuk di laut akan mengandung mikrofosil foraminifera. Cangkamg foraminifere inilah yang menjadi indikator perubahan suhu sejak 65 juta tahun lalu.
Suhu Bumi Sejak 65 Juta Tahun Lalu
Sebenarnya, penelitian terkait tentang perubahan iklim masa lalu sudah banyak dilakukan oleh para peneliti geologi.
Namun demikian, penelitian yang dilakukan oleh Thomas Westerhold dkk yang tergabung dalam Tim International Ocean Discovery Program (IODP), dan hasil penelitian dipublikasikan di Sciencemag, memberikan hasil yang lebih detail sebagaimana ditunjukkan oleh gambar di bawah ini.

Mereka membagi kejadian perubahan suhu di masa lalu menjadi 4 kategori, diantaranya Hothouse, Warmhouse, Coolhouse, dan Icehouse yang berhubungan dengan level gas rumah kaca (greenhouse gas).
Pada gambar di atas dapat dilihat, pada kala Eosen bawah (early Eocene) atau sekitar 47 – 56 juta tahun lalu, bumi kita mengalami kondisi suhu yang sangat tinggi (Hothouse).
Setelah itu, suhu bumi beransur-ansur turun sampai suhu terendah terjadi pada kala Plistosen (Pleistocen).
Mereka mengkategorikan kondisi suhu pada kala Plistosen sebagai Icehouse.
Kala Plistosen dimulai sejak 2,58 juta tahun lalu – 10 ribu tahun lalu.
Dalam sejarahnya, pada kala Plistosen bumi mengalami zaman es terakhir.
Jadi, apabila sobat Melek Bencana menonton film Eis Age, film itu menceritakan kondisi pada kala Plistosen.
Peta Nusantara Pada Kala Plistosen
Pada kala tersebut, bumi sangat dingin dan jumlah es di kutup lebih banyak dari sekarang dan tentu saja banyak air laut yang membeku.
Muka air laut pada kala Plistosen jauh lebih rendah dari muka air laut sekarang.
Rendahnya muka air tanah tentu saja berdampak pada peta dunia. Dulu di Nusantara kita mengenal yang namanya Sunda Land.

Pada peta di atas dapat dilihat kondisi daratan nusantara sekitar 400 ribu tahun yang lalu, hampir semuanya daratan.
Heaney (1991) mencatat sekitar 160 ribu tahun lalu, air laut di nusantara surut sampai 160 meter dari muka air laut sekarang. Jadi kawan-kawan bisa berjalan kaki apabila mau ke Malaysia dan pulau-pulau lainnya.
Surutnya muka air laut pada kala Plistosen memungkinkan banyak hewan yang bermigrasi dari satu kawasan ke kawasan yang lain.
Perubahan Iklim Saat ini
Apabila melihat sejarah fakta ilmiah, bumi tempat kita tinggali ini secara alami bisa mengalami penurunan dan kenaikan suhu.
Proses naik-turunnya suhu ini tentu saja diawali dengan proses fenomena alam, baik itu letusan gunung api dan naik kadar karbon dioksida bumi.
Apabila pembaca memperhatikan dengan detail gambar perubahan suhu bumi di atas, suhu bumi saat ini masih lebih rendah ketika awal-awal kala Holosen (10 ribu tahun lalu).
Namun demikian, akibat aktifitas manusia yang sangat inten, proses kenaikan suhu bumi bisa mencapai seperti kondisi awal Kala Holosen.
Seperti pernah saya tulis di atas, pada awal Kala Plistosen kita memang mengalami penurunan bumi air laut karena suhu bumi sedang dingin-dinginnya.

Namun pada awal Kala Holosen, suhu bumi sempat naik sehingga banyak es mencair dan air laut lebih tinggi beberapa meter dari kondisi air laut sekarang.
Di sekitar Asia Tenggara, Prof. Tjia dan Fuji (1989) mencatat kenaikan muka air laut sampai 5 meter sekitar 5000 tahun lalu.
Apabila suhu bumi makin meningkat, kita bisa-bisa mengalami kondisi seperti pada awal Kala Holosen atau pada petengahan Holosen (5000 tahun lalu).
Semoga artikel tentang suhu bumi masa lalu ini bermanfaat dan menambah wawasan kita tentang bumi.