Tsunami Purba di Simeulue (Aceh)

Tsunami Purba di Simeulue – Pada tanggal 26 Desember 2004, bencana tsunami yang melanda Aceh. Kejadian tsunami aceh ini diyakini bukan yang pertama terjadi di Aceh, masih banyak tsunami purba pernah terjadi di Aceh. Beberapa pakar yakin bahwa tsunami pernah menerjang Aceh beberapa ratus tahun yang lalu. Untuk mempelajari tsunami purba (paleo-tsunami) para pakar Geologi, Geofisika, Geokimia,dan pengiat ilmu kebumian berusaha menelusuri jejak tsunami yang pernah terjadi di Aceh dan kepulauan Simeulue dengan mempelajari sedimentasi dan stratigrafi endapan tsunami masa lalu serta kejadian gempa yang mengakibatkan naik-turunnya permukaan tanah melalui perubahan bentuk terumbu karang microatoll sepanjang pantai.

Endapan Tsunami Aceh di Masa Lalu

Keadaan pantai dan pesisir yang tenang merupakan tempat yang ideal untuk dilakukan studi Paleo tsunami. Pesisir yang tenang akan sangat memungkinkan endapan tsunami masa lalu tetap berada di tempatnya dan kecil kemungkinan akan tererosi oleh air dan angin. Dalam beberapa kasus, bentuk endapan tsunami sama dengan endapan yang disebabkan oleh angin topan dan badai namun karena pulau Simeulue berada di daerah ekuator maka angin topan akan sangat jarang terjadi. Pada tahun 2006, seorang mahasiswi Geologi Katherine Frances Whitlow (Central Washington University) bersama Dr. Shigehiro FUJINO (Active Fault and Earthquake Research Center Geological Survey of Japan, AIST) dan Eko Yulianto (LIPI) melakukan penelitian endapan paleo-tsunami di kepulauan Simeulue (Aceh). Penggalian endapan paleo-tsunami dilakukan di Teluk Langi, Teluk Busong dan Inor. Dari hasil penggalian yang mereka lakukan, ditemukan lapisan pasir yang bercampur dengan pecahan kerang  dan alga laut pada kedalaman kurang dari 80 cm dengan ketebalan lapisan 1 – 15 cm. Endapan tersebut mengindikasikan telah terjadinya tsunami di kepulauan Simeulue sebelum 2004. Untuk memastikan kapan terjadinya tsunami berdasarkan penemuan lapisan endapan tsunami tersebut  maka tahap selanjutnya harus dilakukan Geokronologi.

Geo-kronologi Tsunami Purba

Geokronologi merupakan proses penentuan umur batuan, fosil dan lapisan sedimen. Geokronologi Biasanya menggunakan metode Accelerator Mass Spectrometry (AMS) radiocarbon dating untuk memastikan kapan terjadinya tsunami. Selain AMS radiocarbon dating metode lain untuk memastikan kapan terjadinya gempa dan tsunami adalah melalui metode Uranium-Thorium Dating (U-Th) untuk mementukan kapan suatu terumbu karang mati. Terumbu karang yang terangkat kepermukaan karena proses pengangkatan setelah terjadi gempa atau terbawa ke darat bersama air tsunami akan mati karena tidak lagi berada di air laut. Tahun kematiannya terumbu karang bisa ditentukan dengan metode Uranium-Thorium Dating (U-Th). Dari penanggalan, ditemukan bahwa lapisan endapan tsunami tersebut merupakan endapan tsunami tahun 1861 dan tahun 1907.

Bongkahan Terumbu karang (coral boulder) yang terbawa oleh tsunami 1861dan 2004

Newcomb dan McCann pada tahun 1987 pernah menulis tentang Seismic history and seismotectonics of the Sunda Arc dalam Journal of Geophysical Research Volume 92. Dalam tulisan tersebut dikatakan bahwa telah terjadi gempa besar dan tsunami pada tahun 1907 dan 1861 di sekitar kepulauan Simeulue. Gempa tahun 1861 berkuatan 8,5 Mw (moment magnitude) telah menyebabkan rekahan/retakan sepanjang 250 Km dari 0o LU sampai 2.5o LU. Gempa 1861 tersebut juga memicu tsunami setinggi 7 meter di beberapa kawasan dan airnya sampai 500 meter dari bibir pantai kepulauan Simeulue. Beberapa sumber menyebutkan bahwa tsunami 1861 lebih dasyat dari tsunami 2004 walaupun dari magnitudnya gempa lebih kecil. Dugaan awal bisa dilihat dari jarak bongkahan coral yang terbawa oleh tsunami. Bongkahan coral 2 (gambar terlampir) terbawa sejauh 50 meter dari bibir pantai karena tsunami 2004 sedangkan bongkahan coral 1 (gambar terlampir) terbawa sejauh 70 meter dari bibir pantai karena tsunami sebelum 2004. Gambar tersebut diambil di Teluk Busong kepulauan Simeulue oleh Kate Whitlow.

Kejadian-kejadian gempa masa dan gempa beberapa tahun terakhir, haruslah membuat kita belajar banyak dari pulau ini. Dan pada tanggal 11 Januari 2012 yang lalu, di sekitar pulau Simeulue ini ada kejadian gempa yang menarik karena gempa ini terjadi di tempat yang tidak pernah diperkirakan sebelumnya. Tulisan tentang gempa tersebut bisa dibaca di tulisan Gempa Dini Hari di Simeulue.

Beberapa kejadian tsunami masa lalu atau paleo tsunami tsunami Simeulue telah menjadikan masyarakat kepulauan Simeulue belajar banyak dan kata Smong terus diwariskan dari generasi ke generasi. Semoga semangat “Smong” terus mengalir dalam setiap jiwa masyarakat Aceh dan kepulauan Simeulue.

Wassalam,

Ibnu Rusydy

Rate this article!
Tags:
author

Author: 

Saya Ibnu Rusydy, Pecinta, pelajar dan pengajar Ilmu Kebumian yang lahir di Aceh-Indonesia. Saat ini saya tergabung dalam Himpunan Ahli Geofisika Indonesia (HAGI) Komisaris Wilayah Aceh (id: IBN-RUSYD-150) dan Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI) Pengurus Daerah Aceh (Npa: 4658). Apabila menyukai artikel yang saya tulis, silahkan sebarkan ke kawan-kawan anda.

2 Responses

  1. author

    Tina13 years ago

  2. author

    Risma13 years ago

Leave a Reply