Penulis sedang melakukan pengukuran menggunakan alat Gravitimeter Scintrex Autograv CG-5
Dalam ilmu geofisika eksplorasi, metode graviti dikenal sebagai metode medan potensial. Maksud metode medan potensial disini adalah kita memanfaatkan medan yang sudah ada di bumi tanpa harus membuat sumber sendiri atau sering disebut juga sebagai metode geofisika pasif. Metode graviti pada prinsipnya adalah mengukur kecepatan gravitasi karena gaya tarik-menarik antara dua benda. Besarnya gaya tarik-menarik antara alat gravitimeter yang diletakkan di atas permukaan sangat bergantung pada kepadatan (densitas/massa jenis) batuan di bawah permukaan bumi. Dengan bahasa lain bisa kita katakan bahwa nilai percepatan gravitasi di permukaan tanah beda tipis di masing-masing tempat, perbedaan ini diakibat oleh padat tidaknya batuan yang ada di bawah.
Nilai rata-rata percepatan gravitasi di atas permukaan bumi adalah 9,8 m/s2 namun terdapat perbedaan nilai gravitasi akibat pengaruh batuan di bawahnya sangat kecil sehingga untuk bisa memetakan kondisi bawah permukaan berdasar perbedaan nilai percepatan gravitasi yang sangat kecil ini diperlukan sebuah peralatan gravitimeter yang sangat sensitif. Saat ini sudah ada peralatan gravitimeter (mikrograviti) yang sanggup mengukur perubahan nilai percepatan graviti dalam orde 0,01-0,001 milliGal (mGal). Mungkin kawan-kawan masih ingat pelajaran SMU dulu bahwa 1 Gal = 1 cm/s2.
Walaupun alat graviti modern sudah ada, apakah pengukuran graviti cukup ukur-ukur saja? Ternyata tidak, dan data hasil pengukuran lapangan tersebut harus dikoreksi untuk mendapat nilai percepatan gravitasi karena pengaruh gaya tarik batuan bawah permukaan dan bukan karena pengaruh kelelahan alat (drift correction), gaya tarik bulan/matahari (Earth Tides correction), garis lintang (latitude correction), ketinggian tempat pengukuran (free air correction), massa batuan antara permukaan laut dan tinggi kawasan pengukuran (bouguer correction), dan gaya tarik gedung atau bukit sekitar area pengukuran (terrain correction). Dalam proses koreksi data ini, kejelian dan pengalaman seorang seorang geofisikawan berperan. Setelah semua koreksi yang penulis sebutkan tadi dilakukan baru didapatkan nilai percepatan graviti karena pengaruh densitas batuan bawah permukaan.
Sinkhole seperti yang pernah terbentuk di Guatemala awalnya berupa gua bawah permukaan dan ketika tanah penutup gua tersebut tidak sanggup lagi menahan beban di atasnya atau sudah mulai tipis maka terjadilah bencana sinkhole. Gua bawah permukaan sebagai penyebab utama sinkhole ini sebenarnya bisa dipetakan menggunakan peralatan gravitimeter. Prinsip dasar pemetaan ini adalah gua bawah permukaan yang sudah terbentuk ini memiliki nilai densitas hampir 0 g/cc karena berupa ruang sedangkan batuan sekitar gua di sekitar apabila kita asumsikan batu kapur memiliki densitas batuan sekitar 1,9 – 2,9 g/cc. Ruang dengan densitas 0 g/cc otomatis akan memiliki gaya tarik sangat rendah terhadap alat mikro-gravitimeter dibandingkan batuan sekitar dengan densitas 1,9 – 2,9 g/cc. Kontras densitas ini memungkinkan penggunaan metode graviti untuk memetakan gua sebagai penyebab utama bencana sinkhole.
Selain untuk mencari gua-gua bawa permukaan, metode graviti juga bisa digunakan untuk mencari zona sesar zaman dulu yang sudah terkubur oleh lapisan sedimen. Zona sesar aktif yang menjadi sesar sangat penting untuk dipetakan mengingat zona sesar aktif juga bisa menjadi sumber gempa bumi. Dasar pemahaman metode graviti bisa digunakan untuk pemetaan sesar adalah adanya zona-zona hancuran dan lemah yang memiliki nilai densitas lebih rendah dibandingkan batuan di sekitarnya. Apabila dilakukan pengukuran graviti dengan sistem grid seluar area dugaan adanya sesar maka akan bisa dipetakan dengan jelas letak sesar tersebut.
Metode graviti juga bisa digunakan untuk menduga ketebalan lapisan sedimen dan kedalaman batuan dasar. ketebalan dan kepadatan sedimen ini tentu berhubungan tingkat goncangan tanah seperti pernah penulis bahas pada tulisan sebelumnya. Sebenarnya apa yang penulis bahas ini adalah sebagian kecil daripada penggunaan metode graviti dalam upaya pengurangan risiko bencana. Masih banyak sekali penggunaan metode graviti dalam pengurangan risiko bencana namun tidak sempat penulis bahas semuanya. Semoga tulisan Peran Geofisika dalam Mitigasi dan Monitoring Bencana IV ini bermanfaat. ini bermanfaat dan bisa menambah wawasan kita semua.
Gempa bumi dangkal yang bersumber dari patahan di darat kembali terjadi di Myanmar pada tanggal…
Pada tanggal 28 Maret 2025, sebuah gempa bumi yang bersumber dari patahan dangkal di darat…
Sebagai sebuah negara yang berada di posisi "ring of fire" kesiapsiagaan kita menghadapi bencana gempa…
Beberapa objek yang digunakan oleh peneliti untuk mempelajari iklim masa lalu (purba), Sumber gambar dari…
Menurut para geologist, bumi tempat kita tinggal telah berumus 4,56 milyar tahun. Dalam perkembangannya, bumi…
Sebagai negara yang beriklim tropis, kita memiliki intensitas curah hujan yang cukup tinggi. Intensitas curah…
View Comments
wah keren bang websitenya....jadi ngiri,,,bahasannya luas.....
Thank bro..... tadi juga singgah ke blognya bro, Mantap blognya in English