Hari ini tanggal 25 April 2015, Nepal dilanda gempa bumi dahsyat yang memakan banyak korban jiwa dan kerusakan inftrastruktur yang sangat parah. USGS mencatat gempa Nepal tersebut memiliki magnitudo 7,8 Mw dengan kedalaman gempa sekitar 15 km. Gempa bumi tersebut terjadi pada pukul 13:11 wib dengan episenter 28.147° LU dan 84.708° BT. Gempa Nepal dengan magnitudo 7,8 Mw ini tergolong di luar perkiraan, hal ini dikarenakan sejarah kejadian gempa bumi yang tercatat manusia di kawasan tersebut jarang besar-besar. USGS mencatat cuma 2 kali gempa bumi besar terjadi, antara lain Nepal-Bihar 1934 sebesar 8 Mw dan gempa Nepal tahun 1988 sebesar 6,9 Mw dengan lokasi 240 Km ke arah Tenggara dari gempa 25 April 2015 hari ini.
Gempa Nepal 25 April 2015 hari ini disebabkan oleh pertemuan lempeng India dengan Eurasia atau orang geologi menyebutnya sebagai zona tumbukan (kolisi) antara lempeng benua dengan lempeng benua.
Fenomena disana sangat berbeda dengan di tempat kita (Sumatra-Indonesia). Kalau di kita yang berjumpa lempeng samudra (Indo-Australia) dengan Lempeng Benua (Eurasia) yang disebut zona subduksi tapi disana lempeng Benua menumbuk lempeng Benua.
Untuk mengetahui lebih detail tentang tatanan geologi atau tatanan tektonik di Nepal, berikut penjelasannya.
Tatanan Tektonik Nepal

Penampang melintang yang menunjukkan pergerakan lempeng India (kiri) menabrak lempeng Lempeng Eurasia (kanan). (a) Pergerakan 120 Juta tahun lalu. (b) Pergerakan 80 Juta tahun lalu. (c) Pergerakan 40 juta tahun lalu. (d) kondisi sekarang dimana banyak terdapat Patahan Naik (thrust faulting). (Sumber: Buku Introduction to Physical Geology karya Thompson & Turk hal: 214)
Secara tektonik kawasan negara Nepal, Bhutan, India, dan Tibet berada pada zona tumbukan antara lempeng benua dengan lempeng benua. Lempeng benua memiliki densitas batuan lebih rendah dibandingkan dengan lempeng samudra. Apabila lempeng benua bertumbukan dengan lempeng samudra maka lempeng samudra akan menunjam ke bawah karena pengaruh gravitasi sehingga terbentuklah zona subduksi seperti di negara kita. Apa yang terjadi di Nepal berbeda dengan di tempat kita, tumbukan antara lempeng benua India dengan Lempeng benua Eurasia yang memiliki nilai densitas yang sama dan tidak ada yang mau mengalah dan saling naik ke atas sehingga petumbukan kedua lempeng ini membentuk pergunungaan Himalaya.
Proses pembentukan pergunungan Himalaya yang menjadi gunung tertinggi di dunia tersebut terbentuk akibat tumbukan antara lempeng benua dengan benua, dimana prosesnya dapat dilihat pada gambar di samping. Pada gambar (a), pembaca bisa melihat lempeng India (warna abu-abu kiri) dan di antara lempeng benua India dengan Eurasia pada 120 juta tahun lalu masih terdapat lempeng samudra (warna hitam kebiruan) dan lempeng Eurasia (benua) sendiri yang pada gambar diberi tanda lokasi Tibet. (abu-abu kanan). Gambar (b) menunjukkan lempeng India mulai bergerak dan ada lempeng samudra mulai menunjam ke bawah (subduksi). Proses subduksi ini bisa terjadi karena lempeng samudra memiliki densitas yang sangat tinggi atau terbentuk dari batuan beku basalt, ini terjadi sekitar 80 juta tahun lalu. Sekitar 40 juta tahun lalu sebagaimana ditunjukkan oleh gambar (c), lempeng benua India dan lempeng benua Eurasia sudah mulai bertumbruk. Pertumbukan tersebut terus terjadi dan tidak yang mau mengalah karena memiliki densitas yang hampir sama sehingga terbentuklah pergunungan Himalaya seperti ditunjukkan oleh gambar (d). Patahan naik atau thrust faulting terbentuk di antara berbatuan pergunungan Himalaya sebagai respon batuan atas gaya tektonik ini. Patahan-patahan naik inilah yang akan menjadi sumber gempa di sekitar kawasan tersebut. Patahan-patahan naik sangat dekat dengan permukaan sehingga gempa hari ini 25 April 2015 bisa sangat dangkal dan memiliki efek merusak yang tinggi. USGS sendiri mencatat dan membuat mekanisme fokal untuk gempa ini dan berkesimpulan bahwa penyebab gempa Nepal ini adalah patahan naik dengan kedalaman 10-15 km.
Pada gambar di bawah ini dapat dilihat sejarah kejadian gempa di kawasan tersebut dari 1900 – 2014 dan tatanan tektonik berdasar data dari USGS. Dari gambar dapat dilihat bahwa pada kawasan Nepal telah terjadi beberapa kali gempa kecil namun sangat jarang terjadi gempa besar.

Sejarah Kejadian Gempa dan Tatanan Tektonik di Sekitar Nepal (Sumber: USGS, 2015)
Belajar Dari Gempa Nepal
Gempa Nepal yang berkuatan 7,8 Mw telah meluluhlantahkan bangunan di kawasan yang dekat dengan sumber gempa. Gempa ini memiliki efek merusak yang sangat tinggi selain magnitudo gempa yang besar, hiposenter gempa yang juga tergolong dangkat 10-15 km. Selain itu, juga diperparah dengan terjadinya beberapa kali gempa susulan sampai 6,6 Mw. Selain merusak bangunan, gempa Nepal juga memicu terjadinya tanah longsor dan longsoran salju.
Apabila kita melihat sejarah kejadian gempa-gempa besar di Nepal, gempa besar terakhir terjadi pada tahun 1988 dengan magnitudo gempa 6,9 Mw. Jarangnya kejadian gempa-gempa besar ini bisa jadi membuat kurangnya kesiapsiagaan masyarakat Nepal baik secara struktural maupun non-struktural dalam menghadapi bencana gempa bumi. Kerusakan bangunan yang sangat parah menjadi pertanda bahwa bangunan yang dibangun di tempat tersebut belum memenuhi bangunan tahan gempa. Banyaknya korban juga bisa diakibatkan oleh minimnya pengetahuan dan SOP kedaruratan dalam menghadapi gempa bumi.
Dalam beberapa artikel tentang gempa bumi yang ada di Blog Melek Bencana ini dan pada beberapa kesempatan menjadi narasumber, saya sering kali mengatakan bahwa tidak ada gempa yang membunuh, yang membunuh adalah reruntuhan bangunan. Artinya, pembangunan inftrastruktur yang tahan gempa adalah sebuah kewajiban, pengetahuan bencana dan penguatan kapasistas masyarakat dalam menghadapi bencana juga wajib.
Semoga saja kejadian Gempa Nepal 25 April 2015 ini bisa menjadi pelajaran bagi mereka masyarakat Nepal dan masyarakat Indonesia dan menambah pengetahuan anda tentang Bencana Alam