Arah Kiblat – Menghadap ke arah kiblat ketika melaksanakan shalat merupakan kewajiban seorang muslim. Untuk kita yang berada di Mesjidil Haram tentu sangat mudah karena kita langsung berhadapan dengan Ka’bah. Namun bagaimana dengan muslim yang berada di luar Masjidil Haram dan di luar Negara Arab Saudi. Kemana meraka harus menghadap ketika melaksanakan shalat? Beberapa ulama mengatakan bahwa bagi kaum muslim yang berada di dalam Masjidil Haram maka langsung menghadapkan badannya tepat ke arah Ka’bah, bagi mereka yang berada di luar Masjidil Haram maka harus menghadapkan badannya ke Masjidil Haram dan bagi mereka yang berada di luar Negara Arab Saudi harapannya bisa menghadapkan badannya ke Negara Arab Saudi.
Dalam mementukan arah kiblat (arah Ka’bah) ada beberapa metode yang sebenarnya bisa digunakan. Dalam tulisan ini, penulis hanya focus pada metode yang sangat sederhana dan mudah digunakan untuk menentukan arah kiblat, diantarannya;
1. Metode GPS
Global Positioning System (GPS) merupakan system navigasi yang dikembangkan oleh militer Amerika. Saat ini terdapat lebih dari 24 satelit GPS berada di angkasa dan mengelilingi bumi dalam 6 orbital. Masing-masing orbital terdapat 4 satelit GPS sehingga satelit GPS ini bisa menyangkau segala tempat terbuka (klo dlm ruang, goa, terowongan tdk bisa ya…….) di bumi tanpa mengenal waktu (siang atau malam). Dengan menggunakan GPS kita bisa menentukan arah kiblat tapi terlebih dahulu kita harus mengetahui koordinat Ka’bah. Setelah koordinat Ka’bah maka dengan menggunakan GPS kita bisa langsung tahu jarak posisi kita ke Ka’bah dan Arah Kiblat tempat kita berdiri.
2. Metode online Qibla Locator
Website Qibla Locator http://www.qiblalocator.com/ merupakan sebuah website yang menyediakan layanan mencari arah kiblat. Penggunaanya sangat simpel, kita tinggal mencari posisi mesjid kita menggunakan perangkat google map kemudian akan ada garis merah yang menunjukkan arah kiblat. Apabila mesjid kita melenceng dari gari arah garis merah maka bisa dikatakan arah kiblat mesjid tersebut bergeser. Selain arah kiblat, Qibla Locator juga memberikan informasi koordinat mesjid kita, direction (azimuth dari utara magnet) dan jarak mesjid kita ke Ka’bah.
Gambar 1 merupakan hasil pengecekan kiblat menggunakan website hxxp://www.qiblalocator.com/. Gambar 1A adalah kawasan Mesjid Raya Baiturrahman Banda Aceh, arah kiblat Mesjid Raya sudah sangat akurat. Gambar 1B adalah kawasan Mesjid Lingke, arah kiblat mesjid ini bergeser. Penulis rasa pergeseran ini memang kesalahan waktu awal pembangunan. Mayoritas mesjid di Aceh sudah memiliki arah kiblat yang benar namun ada sebagian kecil yang arah kiblatnya sedikit melenceng.
3. Metode Kompas Magnet
Ini merupakan metode yang lazim digunakan oleh banyak orang. Namun sebelum menggunakan metode ini, kita terlebih dahulu harus mengetahui arah azimuth dari utara bumi. Untuk mendapatkan azimuth ini bisa dilakukan dengan cara mengukur manual di peta dunia atau mencari di qibla locator (metode no.2). Namun nilai azimuth yang diberikan adalah nilai azimuth dari utara bumi sedangkan kompas magnet yang kita gunakan berorientasi ke Utara Medan Magnet. Ada perbedaan kemiringan antara utara magnet dengan utara bumi yang disebut dengan sudut deklinasi. Nilai sudut deklinasi tiap daerah beda-beda namun untuk daerah Aceh nilainya sekitar -1 derjat. Ini artinya, apabila sudut azimuth Mesjid kita dengan Ka’bah 292 derjat N maka ketika menggunakan kompas harus digunakan nilai 292 derjat – (-1) = 293 derjat N. Untuk daerah lain yang ingin mengetahui nilai deklinasi bisa memasukkan koordinat daerahnya di hxxp://wdc.kugi.kyoto-u.ac.jp/igrf/point/index.html. Pada gambar 1, sudah ada informasi direction (arah/azimuth) dengan nilai 292 derjat N. Namun untuk memperbaiki mesjid yang salah kiblatnya seperti pada gambar 1B, kita bisa menggunakan kompas magnet dengan menghadap ke arah 293 derjat N karena sudut deklinasi di Banda Aceh sekitar -1 derjat. Sangat disarankan untuk menggunakan lebih dari satu kompas magnet dalam menentukan kiblat.
4. Metode Bayangan Matahari
Metode bayangan Matahari merupakan metode lama yang sampai sekarang masih digunakan karena caranya sangat simpel dan mudah dimengerti. Dalam 1 tahun terdapat dua waktu dimana matahari tepat berada di atas Ka’bah. Tanggal 28 Mei (atau 27 di tahun kabisat) pukul 12:18 waktu Mekah dan 16 Juli (atau 15 di tahun kabisat) pukul 12:27. Artinya, semua orang yang bisa melihat matahari pada saat itu dan menghadapkan wajahnya ke sana telah menghadapkan wajahnya ke arah kiblat. Atau jika kita melihat bayangan benda yang tegak lurus di atas tanah, maka bayangan tersebut akan membentuk garis arah kiblat.
Dalam tahun 2012 di Indonesia, waktu kejadian tersebut adalah 27 Mei jam 16:18 WIB dan 15 Juli jam 16:27 WIB. Jadi, bagi yang ingin mengecek atau melihat benar tidaknya arah kiblat yang digunakan selama ini silakan keluar pada waktu tersebut dan lihat matahari (atau bayangannya). Waktu ini tidak hanya berlaku untuk indonesia namun semua negera yang bisa melihat matahari pada saat matahari berada di atas Ka’bah (Istiwa Utama).
Metode bayangan matahari ini sangat bermanfaat untuk kita melakukan pengecekan arah kiblat rumah, surau, dan mesjid di komplek kita tinggal. Cara sangat sederhana dengan cara memacang tiang dan arah bayangan daripada tiang tersebut adalah arah kiblat shalat kita seperti pada gambar 2. Metode ini bukan untuk menyalahkan arah kiblat kita selama ini namun lebih untuk memastikan bahwa kita menghadap ke arah negara Arab Saudi waktu shalat dan bukan ke negara lain.
Pergerakan Lempeng
Beberapa tahun lalu pernah ada tulisan yang menyatakan bahwa arah kiblat di Indonesia berubah karena pergerakan lempeng. Penulis sendiri masih heran dengan penyataan tersebut, bukannya pergerakan lempeng ini sangat lambat dan bagaimana bisa mempengaruhi arah kiblat. Lempeng Indo-Australia bergerak dengan kecepatan 4-5 cm/tahun di bagian Sumatra dan 7 cm/tahun di Jawa dan Bali (Simmons et al., 2007). Pada gambar 1B dapat dilihat juga bahwa jarak dari mesjid 1B ke Ka’bah adalah 6228 Km. Apabila kita anggap mesjid 1B sudah ada sejak 1000 tahun yang lalu (walau kenyataan cuma beberapa puluh tahun lalu). Apabila pergerakan lempeng Indo-Australia kita anggap konstan bergerak dan menambrak lempeng Eurasia, maka pergerakan bisa mengeser mesjid sejauh 50 meter ke utara. Apabila kita gunakan rumus matematika sederhana maka perubahan 50 meter terhadap 6228 Km maka akan membuat mesjid tersebut melenceng dari arah kiblat kurang dari 0.001 derjat. Artinya pergerakan lempeng tidak memiliki pengaruh banyak dengan arah kiblat dan penyataan beberapa mesjid bergeser arah kiblatnya karena pengerakan lempeng merupakan suatu kesalahan. Apabila kita melihat kembali ke gambar 1B, arah kiblat melenceng dari mesjid tersebut sebesar 18 derjat, ini bermakna mesjid tersebut arah kiblatnya sudah melenceng ketika pertama kali dibangun dan bukan karena pergerakan lempeng. Mungkin pelajaran yang bisa diambil dari penyataan tersebut adalah kita jangan terlalu cepat menyalahkan pergerakan bumi padahal kesalahan itu terletak pada ketidaktahuan kita terhadap ilmu bumi dan cara menentukan arah kiblat dengan tepat.
Semoga beberapa metode dalam menentukan arah kiblat ini bermanfaat bagi pembaca setia Blog Melek Bencana.