Sistem hidrologi, hutan dan bencana merupakan elemen yang saling berkaitan satu dengan lainnya.
Namun beberapa hari terakhir, masyarakat kita dan aktifis lingkungan kembali disibukkan dan dibuat panik oleh kebijakan Pemerintah yang ingin mengalih fungsikan hutan yang awalnya hutan lindung menjadi hutan produksi.
Beberapa bulan yang lalu, saya pernah menulis tentang Cerita Hutan dan Air di Pulau Paskah.
Dalam tulisan tersebut saya sudah menjelaskan bagaimana hutan yang berfungsi dalam mengontrol sistem hidrologi kemudian ditebang oleh masyarakat setempat (orang-orang Polinesia) untuk mengangkut Arca-Arca yang mereka buat dan diperlombakan.

Kondisi masyarakat Polinesia tahun 400 M sangat berbeda dengan masyarakat Polinesia tahun 1722 ketika Laksamana Roggeveen menemukan pulau Paskah tersebut.
Keadaan masyarakat kita tahun 2013 mungkin juga akan berbeda dengan masyarakat kita tahun 2030 apabila pengalihan fungsi hutan kita betul-betul dipaksakan.
Apa risikonya apabila hutan betul-betul dialih fungsikan atau malah dihilangkan? Berikut penjelasannya……
Sistem Hidrologi dan Hutan
Perputaran air yang ada di darat, laut dan atmosfir secara berterusan yang berupa siklus disebut siklus hidrologi atau siklus air di bumi.
Siklus hidrologi yang terjadi dibumi ini dimotori oleh panasnya sinar matahari yang menyebabkan air yang ada di darat (danau, sungai, empang, waduk, dll) dan air yang ada di laut menguap.
Air di daratan dan laut menguap dan naik ke atmosfir kemudian terkondensasi menjadi awan yang jenuh dengan uap air yang kemudian jatuh balik ke bumi berupa hujan dan salju.

Air yang jatuh ke dalam bumi di hutan, ada beberapa kemungkinan dengan air.
Sebagian mengalir di atas permukaan sebagai run-off dan sebagian lain hampir tidak meresap ke dalam tanah kerena segera diserap oleh akar-akar pohon.
Sebagian lainnya masuk lebih dalam menjadi air tanah.
Air yang mengalir sebagai run-off yang nantinya akan menuju ke sungai-sungai dan danau.
Air yang ada di sungai dan danau kembali akan menguap karena pemanasan oleh sinar matahari.
Selain air yang ada di sungai, danau, empang, dan waduk, air yang sebelumnya diserapkan oleh akar-akar pohon juga akan diuapkan kembali ke atmosfir oleh daun-daun dalam proses transpirasi.
Dalam 1 tahun, pada sebidang tanah tumbuhan dapat menguapkan air setinggi 60 cm dalam areal tersebut dan di hutan dapat sampai dua kalinya (Benyamin Sapiie dkk, 2012).
Siklus yang sungguh komplek ini menjadi sebuah sistem hidrologi yang dijalankan sendiri oleh alam.
Hutan dan Bencana Hidrogeologi
Apabila kita meninjau kembali bencana yang terjadi di Indonesia dan Indonesia.
Maka bencana hidrologi atau bencana hidrogeologi (banjir, tanah longsor, banjir bandang) adalah bencana sering terjadi dan menimbulkan kerugian yang besar bagi masyarakat.

Bersambung ke Halaman 2.
Garda Caah Sukarelawan10 years ago