Peran Geofisika (Fisika Bumi) Dalam Mitigasi dan Monitoring Bencana (V)

Pada tulisan II, III dan IV penulis sudah menceritakan tentang peran Teknologi/Metode Geofisika dalam pemetaan kawasan rawan gempa bumi dari “hulu” sampai ke “hilir” serta penggunaan metode Graviti untuk memetakan Sinkhole, Zona Sesar yang sudah tertimbun lapisan sedimen dan ketebalan lapisan sedimen. Pada tulisan ke V ini, penulis ingin sedikit membahas penggunaan metode magnetik (geo-magnetik) dalam upaya mitigasi bencana alam. Namun seperti biasa, penulis akan memperkenalkan dulu sedikit tentang dasar-dasar teknologi/metode geo-magnetik.

Teknologi Geo-magnetik

Note: Bagi yang tidak suka membaca teori bisa langsung loncat ke tulisan Lihat Isi Perut Gunungapi dgn Teknologi Geo-magnet

Teknologi/metode geo-magnet adalah metode geofisika yang paling tua. Prinsip dasar dalam metode ini adalah mempelari kondisi bawah permukaan bumi berdasar sifat kemagnetan batuan. Batu magnet sudah lama digunakan oleh orang Cina sebagai petunjuk dalam pelayaran namun gagasan bahwa bumi ini bersifat magnet timbul beberapa tahun kemudian. William Gilbert (1540–1603), seorang doktor Ratu Elizabeth I telah menuliskan sebuah buku yang berjudul “De Magnete” pada tahun 1600. Pada masa inilah timbul pemikiran bahwa semua titik di atas permukaan bumi memiliki nilai dan arah medan magnet yang berbeda-beda. Pada tahun 1830 sampai 1842, Karl Frederick Gauss melakukan pengamatan secara detail terhadap medan magnet bumi. Dia menyimpulkan bahawa sumber medan magnet bumi berasal dari dalam bumi. Dia juga menyatakan bahwa medan magnet bumi juga memiliki hubungan erat dengan perputaran bumi karena kutub magnet bumi dekat dengan sumbu putaran bumi (Telford, 1990).

pengukuran magnetikMetode magnetik ini mengasumsikan bahwa setiap batuan yang ada di bawah permukaan bumi memiliki sifat magneti yang berbeda-beda. Jadi ketika medan magnet bumi menginduksi batuan yang ada di bawah permukaan bumi maka akan timbul medan magnet sekunder akibat induksi tadi. Nilai intensitas medan magnet sekunder ini akan berbeda-beda pada setiap batuan dan sangat bergantung pada sifat kemagnetan batuan (diamagnetik, paramagnetik, dan feromagnetik) serta remanen magnet yang sudah ada sejak zaman dulu pada batuan tersebut.

 

metode magnetikPengukuran intensitas medan magnet total (medan magnet bumi+medan magnet batuan+medan magnet di atmosfer/luar angkasa) menggunakan alat magnetometer. Ada banyak jenis peralatan magnetometer namun di era modern ini, banyak geofisikawan menggunakan alat magnetometer jenis Fluksget dan Proton. Saat ini juga terdapat bermacam merek magnetometer dengan akurasi hasil pengukuran yang beragam. Keberagaman ini membuat kita penggunakan alat tersebut bisa memilih alat mana yang mau digunakan.

Makin mahal harganya tentu makin tinggi akurasi dan presisinya karena “harga tidak pernah bohong…..heheehehehhe”

Lihat “Isi Perut” Gunungapi dgn Teknologi Geo-magnet

Saat ini banyak sekali penelitian dalam upaya memitigasi dan memonitor bahaya gunungapi supaya tidak menjadi bencana erupsi gunungapi. Ketika gunungapi “berhajat” untuk meletus maka di dalam gunungapi akan terjadi peningkatan aktifitas magma berupa naiknya magma ke atas. Kenaikan magma di dalam tubuh gunungapi bisa dimonitor menggunakan metode geomagnet. Pada saat magma mengalami proses penaikan magma, medan magnetik di sekitar gunung api memiliki kecenderungan turun karena pemanasan batuan di sekitarnya. Sedangkan saat magma turun di dalam gunung api, maka medan magnetik meningkat.

Fenomena ini bisa disamakan dengan praktikum waktu kita di Sekolah Dasar dulu. Kita pasti ingat ketika guru kita mengajarkan bahwa salah cara untuk menghilangkan sifat magnet batang magnet adalah dengan cara membakarnya atau meningkatkan suhunya. Demikian juga dalam fenomena gunungapi ini, ketika magma naik dan memanas suhu batuan sekitarnya sehingga menjadikan sifat kemagnetan batuan sekitar menjadi berkurang. Beberapa penelitian juga menggunakan teknologi/metode geo-magnet untuk memodelkan volume magma yang ada di dalam tubuh gunungapi sehingga bisa diperkirakan besar-kecilnya erupsi gunungapi tersebut di masa yang akan datang. Dengan mengetahui besar-kecilnya potensi erupsi maka kita dan pemerintah bisa lebih siaga dan tahu kesiapsiagaan apa yang mesti dilakukan ke depan.

Geo-magnet Utk Bencana Non-Alam

Selain untuk mitigasi erupsi Gunungapi, metode geo-magnet juga digunakan untuk investigasi lingkungan seperti mencari pipa besi, drum, tangki limbah yang sudah tertimbun dan sudah lama ditinggal. Untuk pipa, drum dan tangki limbah yang terimbun kurang dari 2 meter mungkin masih bisa pakai metal detector namun untuk yang sudah tertimbun sedalam lebih dari 5 meter, mau gak mau harus menggunakan peralatan magnetometer untuk mendeteksinya.

TPA (Tempat Pembuangan Akhir) yang sudah lama ditimbun dan sudah tidak ketahui lagi semana batas areanya juga bisa dipetakan kembali menggunakan peralatan magnetometer. Pemetaan kembali ini tentu untuk kebijakan lingkungan dan mengetahui potensi bencana lingkungan yang kemungkinan bisa terjadi di masa yang akan datang dan tentu akan berpengaruh pada kebijakan yang dibuat.

Apa yang penulis paparkan di atas adalah sebagian kecil kegunaan metode geo-magnet untuk bidang kebencanaan. Mudah-mudahan tulisan ini bermanfaat dan bisa membuka wawasan kita tentang ilmu geo-magnet. Satu lagi hal yang penulis sampaikan juga bahwa medan magnet utama bumi selain bisa dimanfaatkan untuk mempelajari kondisi bawah bumi berdasarkan sifat magnet batuan, teryata medan magnet bumi atau geo-magnet juga berfungsi untuk melindungi semua mahkluk hidup yang ada di bumi dari pancaran radiasi dari luar angkasa salah satunya pancaran dari badai matahari.

Semoga artikel tentang teknologi/metode magnetik dalam upaya mitigasi bencana bermanfaat bagi pembaca blog melek bencana.

Bersambung ==>>

Tags:
author

Author: 

Saya Ibnu Rusydy, Pecinta, pelajar dan pengajar Ilmu Kebumian yang lahir di Aceh-Indonesia. Saat ini saya tergabung dalam Himpunan Ahli Geofisika Indonesia (HAGI) Komisaris Wilayah Aceh (id: IBN-RUSYD-150) dan Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI) Pengurus Daerah Aceh (Npa: 4658). Apabila menyukai artikel yang saya tulis, silahkan sebarkan ke kawan-kawan anda.

4 Responses

  1. author

    metropolis12 years ago

  2. author
    Author

    Ibnu Rusydy12 years ago

  3. author

    A. Syaiful Lutfi11 years ago

  4. author
    Author

    Ibnu Rusydy11 years ago

Leave a Reply