Gempa Palu 28 September 2018 yang Memicu Tsunami

Sejarah Tsunami di Sulawesi

Pulau Sulawesi memiliki sejarah gempa dan tsunami yang cukup panjang. Pada artikel Tsunami di Indonesia Sejak Tahun 1961 – 2010, saya sudah menuliskan 23 kejadian tsunami di Indonesia dan 5 kejadiannya ada di pulau Sulawesi.

Menurut pak Gegar dkk (2001), antara tahun 1820 – 1982, sudah terjadi 14 (empat belas) kali tsunami di pulau Sulawesi dan 6 (enam) tsunami bersumber dari patahan Palu-Koro dan Sesar Pasternoster.

tsunami dari patahan palu koro
6 (Enam) kejadian tsunami di Sulawesi yang berkaitan dengan Sesar Palu-Koro dan Sesar Pasternoster (Gegar dkk, 2001)

Dengan kejadian gempa dan tsunami Palu pada tanggal 28 September 2018, berarti sudah terjadi 7 (tujuh) kali tsunami yang disebabkan oleh Sesar Palu-Koro dan Pasternoster di sekitar Selat Sulawesi.

Dari ke-enam kejadian gempa di atas, 3 tsunami berasal dari Sesar Palu-Koro di antaranya:

  1. Gempa Bumi dan Tsunami 1 Desember 1927
  2. Gempa Bumi dan Tsunami 14 Agustus 1968
  3. Gempa Bumi dan Tsunami 1 Januari 1996

Analisis Kerusakan Gempa Bumi

Gempa bumi Palu 28 september 2018, bersumber dari patahan Palu-Koro yang bergerak geser mengiri. Sumber gempa bumi pada kedalaman 10 km dan sangat dangkal.

peta goncangan tanah gempa palu
Peta goncangan tanah gempa bumi Palu yang dikeluarkan BMKG

Analisis goncangan tanah menunjukkan persebaran goncangan dari sumber gempa bumi antara VIII – IX MMI.

Goncangan VIII – IX MMI mampu merusak rumah dan bangunan publik yang dibangun dengan bagus, apalagi bangunan yang dibangun asal-asal.

Sampai jarak 50 Km dari sumber gempa bumi, goncangan yang dirasakan masih sekitar VI – VII.

MMI VI – VII, mampu membuat beberapa bangunan retak dan rusak ringan.

Nilai goncangan ini bisa lebih tinggi apabila ada bangunan yang dibangun di kawasan sedimen muda yang akan bisa menimbulkan efek amplifikasi atau penguatan goncangan.

Tingkat kerusakan bangunan masih sangat dimungkinkan terjadi sampai radius 50 Km dari sumber patahan.

Tingkat kerusakan bangunan ini akan sebanding dengan jumlah korban jiwa gempa bumi tersebut.

Selain akibat kerusakan bangunan, dampak kerusakan gempa bumi lainnya akan bisa menambah jumlah korban jiwa.

Sepertinya contoh kejadian tsunami setelah gempa bumi terjadi.

Kedepan, kita sama-sama mengharapkan agar masyarakat kita makin siaga dalam menghadapi bencana alam baik itu gempa bumi dan tsunami.

Salam Siaga,

Ibnu Rusydy

Tags:
author

Author: 

Saya Ibnu Rusydy, Pecinta, pelajar dan pengajar Ilmu Kebumian yang lahir di Aceh-Indonesia. Saat ini saya tergabung dalam Himpunan Ahli Geofisika Indonesia (HAGI) Komisaris Wilayah Aceh (id: IBN-RUSYD-150) dan Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI) Pengurus Daerah Aceh (Npa: 4658). Apabila menyukai artikel yang saya tulis, silahkan sebarkan ke kawan-kawan anda.

Leave a Reply